PUSAKA-PUSAKA BUNG KARNO
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEis-3X7u7aN6UbzMykVno5oGtx7U0_ACZLvt7DffpPMsvfgx2zAmXcVOs5_dC0Y7IaiCF1jZTFvVErABwdI7ECrZgroqfMaBsJcCdvMR5Ylc-py7VTb35buaPISz-OB3sgBxjMed_ZzxdU/s72-c/220px-Presiden_Sukarno.jpg
PUSAKA PUSAKA BUNG KARNOKetika bangsa Indonesia sedang berada pada masa perjuangan merebut kemerdekaan dari tangan penjajah Belanda, Bung Karno pernah secara diam - diam beranjangsana dengan Raja Karaton Kasunanan Surakarta pada sekitar tahun 1930-an. Pada saat itu yang menjadi raja adalah SISKS Pakoe Boewana X, dimana di Ndalem Parang Karso (tempat penerimaan tamu negara) beliau menganugerahkan (meminjamkan?) dua buah pusaka Karaton Kasunanan yaitu Kanjeng Kyai Lepet dan Kanjeng Kyai Lawi.
Kanjeng Kyai Lepet berbentuk sebilah pedang yang panjangnya bilahnya sekitar 60 cm, berpamor adeg (pamor garis tegak lurus dari pangkal pedang) berhiaskan 5 buah bolang. Bolang adalah pamor berbentuk setengah lingkaran yang terletak pada sisi tajam pedang. Kanjeng Kyai Lepet ini bertangguh Pakoe Boewana IV (diperkirakan dibuat pada saat Pakoe Boewana IV bertahta)
Pusaka yang satunya, Kanjeng Kyai Lawi juga berbentuk sebilah pedang, dengan ukuran yang lebih pendek. Dengan pamor pulo tirto, tanpa dihiasi bolang, bertangguh Majapahit.
Tidak ada kejelasan bagaimana tuah kedua pusaka tersebut. Yang jelas, banyak sekali Bung Karno dianugerahi pusaka pusaka Keraton, itu baru yang dari keraton di Jawa entah berapa lagi pusaka Bung Karno dari kerajaan - kerajaan di luar Jawa.
Pada masa akhir pemerintahan Bung Karno, kedua pusaka tersebut (Kanjeng Kyai Lepet dan Kanjeng Kyai Lawi) dikembalikan lagi ke Karaton Surakarta.
Apakah pengembalian tersebut berarti Bung Karno menyadari bahwa "Wahyu Kedaton" sudah tidak lagi berada di tangan beliau? Wallahualam bissawab...
(Disarikan dari berbagai sumber)